Sabiilun Na’iim Barak Amal 1992

Mari berikhtiar untuk memperhatikan yatim-piatu

Nafsu Lawamah

Posted by snba1992 pada Januari 23, 2008

Manusia yang jiwanya telah dikuasai nafsu lawwamah, sifat dan perbuatannya luput dari rasa malu untuk berbuat berbagai kemaksiatan.
Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh (mengajak) kamu berbuat jahat dan keji”. (QS. Albaqarah, 169)

Nafsu lawwamah adalah jiwa manusia yang membentuk sikap dan kepribadian.
Nafsu lawwamah bersemayam dalam diri manusia setelah melalui proses persenyawaan zat-zat asli kotoran setan yang dinamakan ananiah (egois/ke-aku-an).
Ananiah itu sendiri terjadi melalui proses persenyawaan zat-zat wahmiyah (angan-angan), zhinaanah (tuduhan), karahiyah (kebencian) dan akhliyah (khayalan).
Zat-zat tersebut bersenyawa dengan zat “makar” (rencana jahat), yang kemudian membentuk zat asli kotoran setan yang disebut dengan “Ananiah”.
Berikutnya, Nur gharizah (naluri) memancarkan cahaya yang kekuatannya mampu merubah wujud ananiah menjadi sikap dan karakter manusia. Karena nur gharizah itu sangat kuat menggempur ananiah, maka terjadilah proses yang menyebabkan perubahan pada wujud ananiah hingga menjadi sosok “nafsu lawwamah”.

Nafsu lawwamah sendiri terdiri atas sifat-sifat
Ghadhab (pemarah), Ghibah (suka membicarakan aib saudaranya atau orang lain), Namimah (suka membuat fitnah), Hasud (iri hati alias dengki),
‘Ujub (heran diri tanpa disandarkan kepada Allah), Takabur (sombong), Riya’ (beramal bukan karena Allah), Hubbud dunya (cinta dunia), Hubbul maal (cinta harta benda) dan Hubbul jaah (cinta tahta).

Jiwa manusia yang telah dipengaruhi nafsu lawwamah, selalu mengajak untuk berangan-angan tentang piranti kehidupan yang berkisar pada tahta, harta dan wanita (baca: pasangan hidup) yang berangkat dari kebutuhan diri dan tanggung jawab keluarga. Tuntutan semacam itu menambah kerasnya kemauan untuk mendapatkan sarana kehidupan duniawi yang serba mewah.

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini (syahwat), yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.”(QS. Ali Imran, 14)

Akibat lain adalah munculnya sifat dan perbuatan yang cenderung nista, jahat dan fasyik.“Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh (mengajak) kamu berbuat jahat dan keji”. (QS. Albaqarah, 169)

Nafsu lawwamah bekerja dengan mempengaruhi akal, menjalar ke perkataan (dusta), mengingkari janji, menghianati amanat yang dipikulnya, dan sangat jahat bila bermusuhan dengan teman.
Manusia yang berjiwa lawwamah mempunyai ciri-ciri sama dengan ciri dan perbuatan setan. Salah satunya, apabila berbuat jahat, keji atau maksiat akan menyesal, namun kembali mengulangi perbuatan tersebut.
“Empat perkara, barangsiapa terdapat pada dirinya lengkap keempatnya, itulah dia sesungguhnya orang munafik. Dan barangsiapa terdapat padanya satu perkara saja, maka ia termasuk munafik juga, hingga ditinggalkannya sifat munafik itu; apabila dipercaya dia khianat; apabila berkata dia dusta; apabila berjanji, dia mungkir; dan apabila bermusuhan, dia sangat jahat”. (HR. Bukhari dari Abdullah bin Amr bin Ash ra.)

Sifat Setan

Apabila nafsu lawwamah telah menguasai diri, akan membuat seseorang menjadi labil dalam menempuh perjalanan menuju Allah. Langkahnya tergesa-gesa dan kurang perhitungan dalam menentukan sikap hidup, sehingga menimbulkan penyesalan.
Nafsu lawwamah juga mengebiri akal dan pikir (hati), mengelabui pandangan, menutup pendengaran dan memanipulasi perkataan sehingga mereka tidak mampu bersyukur dalam arti yang sesungguhnya. Padahal Allah menjadikan pendengaran, penglihatan, akal dan hati untuk manusia agar mereka bersyukur kepada-Nya.
“Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati (akal)”.(Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur”. (QS. Al-Mulk, 23)
“Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya). Iblis menjawab: Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dan kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta’at)”. (QS. Al-A’raaf, 16-17)

Setan dan Iblis

Iblis dan Setan adalah satu rumpun. Keduanya adalah nama atau predikat bagi manusia dan jin yang tidak bersyukur kepada Allah. Tidak ada yang patuh dan tunduk pada perintah iblis, kecuali setan. Bila ia menyelinap dalam angan pikir seorang pejabat, akan membuatnya ketakutan kehilangan karier dan kedudukannya dijatuhkan orang. Bisa pula membangkitkan angan-angan kosong dan mudah curiga pada sesama. Kebijakan yang dikeluarkannya juga bagaikan pisau bermata satu, tajam kebawah namun tumpul keatas.

Lain lagi gaya setan ketika menggoda seorang hartawan. Yaitu munculnya ketakutan akan bayangan kemiskinan yang dapat menimpa dan juga membuatnya malas mengeluarkan zakat dan sodakoh. Sifat bakhil (kikir) mewarnai hidupnya, sehingga enggan menyantuni anak yatim dan fakir-miskin. Yang berkecamuk dalam benaknya hanya pikiran tentang kesejahteraan diri, keluarga dan saudara serta kerabat kandungnya. Dan bila ia mengalir dalam pembuluh darah kaum wanita, niscaya merobek-robek setiap jengkal pakaiannya, mengumbar tubuhnya yang terlarang dan membisikan kata-kata merdu untuk berbuat nista.

Setan juga menggelitik jiwa orang miskin dengan kesibukan membandingkan hidupnya yang berkekurangan dengan mereka yang kaya, sehingga mendorong untuk berbuat jahat dengan mengambil hak orang lain. Setanpun mempengaruhi manusia dengan tipu-dayanya yang memabukkan, menyeret manusia kelembah kesesatan, dan menjauhkannya dari rahmat Allah.

“Dan Setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS. Annisaa, 60)
“Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.” (QS. Annisaa, 120)
“Kalau tidak karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikuti setan, kecuali sebahagian kecil saja (diantaramu)”.(QS. Annisaa, 83)

Disatu sisi setan tidak pernah jemu dan bosan menggoda dan menyesatkan, namun disisi lain ia akan segera meninggalkan korbannya yang telah mengikuti ajakannya. Wujud setan dapat berubah-ubah sebagaimana manusia yang sifatnya juga berubah-ubah. Dan apabila ia telah bersemayam dalam jiwa manusia, niscaya yang lahir pada manusia tersebut adalah perbuatan keji dan mungkar.

Wujud keberadaan setan sulit diketahui oleh orang yang hidupnya selalu disibukkan dengan urusan dunia, dan oleh orang yang tidak menganggap setan sebagai musuh. Biasanya setan membisikan godaannya dengan memutar-balikan hukum-hukum Islam. Perbuatan jahat dikatakan baik, perbuatan baik dikatakan jahat. Sesuatu yang bathil menjadi hak, dan sebaliknya. Begitu seterusnya. Membuat manusia bimbang dalam memutuskan sesuatu menyangkut urusan akidah dan amal ibadah, terutama yang berkaitan dengan hukum-hukum kemaslahatan. Demikianlah sifat setan dari jenis jin dan manusia yang sangat nyata tipu dayanya serta menjadi musuh orang-orang yang beriman.
“Dan demikian Kami jadikan tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) Jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (Manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (QS. Al-An’aam, 112)

Setan itu pada dasarnya ada. Hanya saja keberadaan setan itu abstrak dan gaib dari penglihatan orang-orang yang belum mengetahui dan mengenal hakikat setan. Bila kita mau mencari dan memahami “apa itu setan”, niscaya akan menemukan sosok setan pada sebuah sifat bagi wujud makhluk dimensi alam nyata yaitu “manusia” dan wujud makhluk dimensi alam gaib yaitu “jin”. Yang selalu menentang perintah-perintah dan melanggar hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah.

Ironisnya di zaman sekarang, sebagian manusia tidak mengetahui dan mengenal hakikat setan yang menjadi musuh manusia (khususnya orang-orang yang beriman). Permusuhan antara manusia dengan setan diawali semenjak zaman syurgawi hingga duniawi. Kini dan yang akan datang setan bertekad untuk menyesatkan manusia. Ia datang dan pergi mengenakan busana tipudaya dengan menaburkan aroma syahwat kehidupan duniawi.

Perlu digaris-bawahi, setan itu bukanlah sebangsa “roh gentayangan” atau “dedemit”, tetapi yang sebenarnya adalah moral manusia dan jin. Karena nama tersebut hanyalah mensifati perbuatan makhluk dari golongan bangsa manusia dan bangsa jin. Dua golongan makhluk yang menyandang predikat setan itu disebabkan perbuatannya melanggar hukum yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Apakah layak mereka disebut setan? Jika tidak, maka dapat kita tarik kesimpulan: bahwa predikat yang diberikan kepada mereka itu hanyalah kiasan dan pengertian dari “setan golongan manusia”, bukan setan yang sesungguhnya sebagaimana yang dibayangkan ( wujud dan bentuknya yang seram )

Dengan demikian ada nama-nama setan dari golongan manusia dan dari golongan jin.

  • Syaithanul insi adalah predikat setan dari bangsa manusia, antara lain: musyrikun (orang-orang yang menyekutukan Allah); kafirun (orang-orang yang mengingkari Allah); zhalimun (orang-orang yang aniaya); fasiqun (orang-orang yang keluar dari jalan yang benar); munafiqun (orang-orang yang munafiq, penipu dan berpura-pura) dan murtadun (orang-orang yang keluar dari agama Islam).
  • Syaithanul jin merupakan predikat setan dari bangsa jin, yaitu iblis (bangsa jin yang ingkar kepada Allah) dan thoghut (bangsa jin yang melampaui batas atau aniaya ).

Tidak disebut setan, baik dari golongan manusia atau jin, kecuali melanggar ketentuan hukum-hukum Islam yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Mari perhatikan beberapa firman Allah yang menerangkan hakikat setan:
“Katakanlah: Aku berlindung kepada tuhan manusia. Raja manusia. Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) yang biasa bersembunyi, yang membisikan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari jin dan manusia”. (QS. Annaas, 1-6)

“Dan demikian Kami jadikan tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) Jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (Manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (QS. Al-An’aam, 112)

“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman”.(QS. Ali Imraan, 175)
Dari firman Allah tersebut jelas bahwa yang namanya setan bukan hanya dari golongan jin saja, tetapi juga dari golongan manusia.

Perlu dilengkapi disini bahwa setan juga bukan semacam roh gentayangan yang selalu menakut-nakuti manusia ditempat-tempat yang dianggap angker.
Setan ialah nama bagi mereka yang berbuat kejahatan dan kemaksiatan. Minum khamar, berjudi, berkorban untuk berhala atau sesajen, mengundi nasib dan merupakan perbuatan setan.
Firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu dapat keberuntungan”. (QS. Al Maaidah, 90)

Firman Allah tersebut menambah jelas tentang hakikat setan. “Apabila memang benar bahwa setan itu adalah sebangsa roh halus yang suka gentayangan dan bertempat ditempat-tempat yang dianggap angker, maka siapakah yang sebenarnya meminum khamar, berjudi, berkorban untuk selain Allah, dan mengundi nasib?” Jawabannya, “syaithanul insi” (setan dari golongan manusia).

Pada dasarnya setiap manusia dapat berubah sifatnya menjadi sifat setan.
Hakikat setan dari golongan manusia ialah orang-orang musyrik, kafir, zalim, fasiq, munafik dan orang yang murtad. Mereka disebut setan dalam masalah keyakinan, sifat, sikap dan perbuatan. Sebagaimana pada masa syurgawi, predikat iblis disandangkan kepada abuljan (bapak jin) yang juga disebut sayidul malaikat (penghulu malaikat). Abuljan disebut iblis karena melanggar dan menentang perintah Allah tatkala disuruh sujud kepada Nabi Adam as.

Sifat dan perbuatan setan dari jenis manusia antara lain adalah mananamkan kebencian, dendam, dan menimbulkan permusuhan diantara sesama hingga diakhiri dengan saling bunuh, baik dalam arti yang sebenarnya maupun kiasan. Manusia setan itulah yang selalu menimbulkan kedengkian terhadap saudara, tetangga sebelah, teman dan masyarakat hingga timbul fitnah yang menyebabkan terjadinya perpecahan dikalangan ummat.

Salah satu penunjang kemaksiatan yang digunakan setan manusia ialah harta. Harta yang menjadi alat utama setan untuk merayu manusia. Kemudian, setan menyuruh manusia untuk berbuat kikir, berlebihan dalam mempergunakan harta, boros dan menghambur-hamburkan hartanya dijalan setan. Padahal pemboros adalah saudara setan yang selalu ingkar kepada tuhannya.
“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Israa, Ayat 27)

Maka, apakah patut bagi manusia yang mempunyai derajat sebaik-baik makhluk ciptaan-Nya– berteman dan bergaul dengan setan-setan yang berderajat rendah dan hina dari sekian banyak makhluk ciptaan-Nya? Hanya orang-orang yang beriman yang menjadikan setan-setan itu sebagai musuh. Mereka tidak memberi kesempatan kepada setan untuk masuk dan singgah ke dalam jiwanya. Karena orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa tidaklah setan mengambil teman melainkan dari bangsanya sendiri. Setan adalah seburuk-buruk teman. Dan hanya manusia yang bermoral rendah yang menjadikan setan-setan sebagai pelindung-pelidung selain Allah. Apakah manusia tidak mengetahui bahwa setan itu adalah salah satu makhluk yang sangat rendah derajatnya disisi Allah.
“Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindung mereka adalah setan yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. (QS. Albaqarah, 257)
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak segolongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Faathir, 6)
“Barangsiapa yang mengambil setan itu menjadi temannya, maka setan itu adalah teman yang seburuk-buruknya”. (QS. Annisaa, 38)

Sumber : http://www.akmaliah.com

6 Tanggapan to “Nafsu Lawamah”

  1. mamik rosita said

    ass. minta ilmu ya..jazakumulloh

  2. Ery Adha Pratama said

    Assalamualaikum,Sebenarnya makhlus halus yg nampak itu ada gak sih???. Terimakasih

  3. Hendra said

    maaf, bukannya itu nafsu amarah ?
    nafsu lawwamah itu nafsu yg selalu menyesali diri atas kelalaian, kemalasan, maksiat, perbuatan dosa dan berusaha memperbaiki

  4. Hendra said

    ada, contohnya yg ditangkap Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dan memberitahu khasiat ayat kursi.
    dan ada juga ular besar di dalam rumah yg dibunuh yg ternyata jin, kemudian menuntut qishash

  5. zik611 said

    Reblogged this on jonegoro13.

Tinggalkan komentar